Akhir Cinta adalah Rahasia Takdir
kamu berkata padaku,”aq gak ingin munafik na, aq akui klo pada akhirnya ini memang disebut pacaran.”
Dalam hati aq berkata, aq tahu. Tak ada yang bisa kulakukan padamu kecuali berkata, ‘kenapa?’, meski aq tahu jawabannya. Tapi aq ingin kamu yang mengatakan.
“aq ingin disegerakan, tapi restu keluarganya lum ada. Nunggu dia lulus dulu 9 bulan lagi. Dilemma. Diputus sama aja aq mendzolimi dia ma diri sendiri.”katamu kemudian menjawab tanyaku.
Ah siapakah yang menzolimi siapa. Aq tak mampu menerangkan padamu, karena aq sendiri tidak yakin dengan diriku.
Lagi-lagi aq bertanya, hanya ingin memastikan, “apa setelah lulus keluarganya bakal ngerestuin?.”
Dengan yakin kamu menjawab,”InsyaAllah iyah. Tapi paling gak aku akan minta khitbah secepatnya.”
Aq menarik nafas panjang. Khitbah bukanlah ikatan apa-apa, ia hanyalah sebuah permintaan. Namun, lagi aq tak mampu mengatakannya.
“jika kamu berfikir begitu, konseplah dengan matang, agar begitu lulus langsung akad.” Kataku setelah terdiam beberapa saat.
Kamu langsung menjawab,”udah ko. Tp kenapa ya orang2 pada nyaranin lulus dulu, gak ada yang nyuruh nikah dulu. Mereka takut thesisnya terganggu.”
Aq merasa tergelitik, cerita lama, pikirku. Mereka itu tidak pernah memahami bahwa ‘orang yang telah terbakar api cinta, hanya nikah yang mampu memadamkannya’. Tapi aq tau tak ada yang bisa aq atau kamu jelaskan pada mereka.
Aq mengingatkanmu,”nikah itu ibadah, setan pasti akan ikut menghalang-halangi terjadinya pernikahan dengan jalan yang baik. Berdoa aja yang terbaik. Tapi ingat jaga sikap agar Allah ridho nantinya.”
“jaga sikap itu kayak gimana?,” tanyamu dengan bingung.
Ah aq tahu kamu sebenarnya mengerti maksudku. Aq merasa tak pantas mengingatkanmu tentang hal ini. Karena aq sendiri pernah terperangkap di lubang yang sama. Kuharap kamu mengerti. Q tutup pembicaraan kita dengan pesan singkat yang kukirimkan ke nomermu.
Kamu pasti tau teori-teorinya. Tapi aq juga tau kenyataan kadang tak semudah teori. Saat kamu merasa menemukan orang yang tepat dan itu membuatmu takut kehilangan dia. Namun sayang takdir belum menjawab keinginanmu. Mungkin saat ini kamu sedang di uji.
Aq lanjutkan dalam diamku ,’Allah ingin melihat hamba-Nya yang terbaik’.
Ada yang lupa q katakan padamu,”hindari apa yang mampu kamu hindari. Tetaplah berada di atas prinsipmu.”
Biarkan cinta tetap bersemi. Biarkan takwa selalu memberi arti.
kholilyanto 3:10 am on 21 February 2011 Permalink |
assalamualaikum…
tulisannya bagus,, salam kenal ya.. kunjungi blog aku ya he
Citra W. Hapsari 8:01 am on 12 June 2011 Permalink |
wah,syndrom mahasiswa tahun tua
semoga mdpt jalan yg terbaik
eren 1:23 pm on 12 June 2011 Permalink |
salam kenal citra 😉
haha bisa aja, but saya gak lagi mahasiswa.. Alhamdulillah dah lulus..
tapi, itu emang problem yg kbanyakn dialami mahasiswa yg dah di ujung studynya.. trbentur antara nikah dulu or lulus dulu, InsyaAllah dua2nya baik.. trgantung kita aja nyikapin dan jalanin..
thanks kunjungannya 😉
Citra W. Hapsari 3:09 pm on 12 June 2011 Permalink |
hohoooo aplgi sm yg udah kerja,tinggal tunggu kata ‘iya’
eren 7:13 pm on 12 June 2011 Permalink |
hehe.. gak segampang itu sih.. bukanx pemilih, cuma harus bner2 memilah yg terbaik coz sekali untuk selamanya.. 😉